Pentingnya Ilmu Pangan di Masyarakat


Manusia dilahirkan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sebagaii makhluk individu manusia mempunyai dorongan-dorongan yang membutuhkan pemenuhan kebutuhan terutama yang terkait dengan pangan, sandang, dan papan. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan berteman atau berhubungan dengan orang lain dan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia memerlukan bantuan orang lain. Pemenuhan gizi yang berkualitas merupakan salah satu upaya penting dalam peningkatan sumber daya manusia, gizi yang berkualitas juga faktor penentu produktivitas manusia dan indikator kualitas hidup manusia yang berkaitan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Gambaran gizi masyarakat yang berkualitas terlihat pada status gizi anak yang baik.
Pangan adalah semua jenis bahan yang terdapat di alam yang dapat dimakan oleh manusia, baik nabati maupun hewani yang diproduksi dan diperdagangkan. Sedangkan zat makanan (zat gizi) yaitu unsur yang terkandung dalam pangan dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Zat gizi diperlukan oleh tubuh dan harus dipenuhi agar semua proses-proses dalam tubuh dapat berjalan dengan normal sehingga kesehatan dapat dipertahakan, oleh sebab itu masyarakat perlu tahu mengenai ilmu pangan.
Pentingnya ilmu pangan di masyarakat, antara lain :
1.Masyarakat tahu kandungan gizi pada bahan pangan
Pada umumnya masyarakat belum mengetahui kandungan zat gizi pada bahan pangan yang mereka makan, terlebih masyarakat yang berdomisili di pedesaan yang rata-rata pendidikannya rendah. Terkadang masyarakat yang pendidikannya tinggi pun belum mengetahui kandungan zat gizi pada bahan pangan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap jenis makanan yang dikonsumsi dan status gizi seseorang dalam keluarga. Menurut Almatsier (2002), Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi, status gizi dapat dibedakan menjadi :
a.Status gizi kurang
Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi yang esensial.
b.Status gizi baik/optimal
Satus gizi baik/optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat sedini mungkin.
c.Status gizi lebih
Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan efek yang membahayakan tubuh manusia.
Untuk mengetahui status gizi (kondisi ideal) seseorang, masyarakat biasanya menggunakan rumus :
IMT (Indeks massa tubuh) =
IMT ideal menurut umur
Umur (tahun)
IMT (Kg/m2)
19 – 24
19 – 24
25 – 34
20 – 25
35 – 44
21 – 26
45 – 54
22 – 27
55 – 64
23 – 28
> 65
24 – 29
Dengan mengetahui kandungan gizi pada bahan pangan, maka pola makan dalam keluarga menetapkan sistem pangan yang aman, cukup, beragam, dan berimbang dan sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata yang dianjurkan (per orang per hari). Contohnya pria umur 24 – 45 th, BB = 62 Kg, TB = 165 cm, kebutuhan energinya : 2800 kkal, protein : 55 gr, Vit A : 700 RE, Vit D : 5 g, Vit E : 10 mg, Vit K : 80 g, Tiamin : 1,2 mg, Riboflavin : 1,5 mg, Niasin : 12 mg, Vit B12 : 1,0 g, Asam folat : 170 g, Piridoksin : 2,0 mg, Vit C : 60 mg, Kalsium : 500 mg, Fosfor : 500 mg, Besi : 13 mg, Seng : 15 mg, Iodium : 150 g, dan Selenium : 70 g (LIPI, Risalah Widya Karya Pangan dan Gizi VI, 1998, hlm 877).
Menurut Almatsier (2002), kekurangan gizi dapat mengakibatkan pertumbuhan terhambat, produksi tenaga berkurang, pertahanan tubuh menurun, terganggunya struktur fungsi otak dan perilaku yang tidak tenang dan dapat menimbulkan penyakit seperti marasmus, kwashiorkor. Sedangkan kelebihan gizi juga dapat menimbulkan penyakit sepertii obsesitas (kegemukan) dan diabetes melitus (DM)
2.Penyusunan menu keluarga
Penyusunan menu keluarga disesuaikan dengan jumlah anggota keluarga (pria dan wanita), umur, aktivitas, sehingga setiap anggota keluarga tercukupi kebutuhan gizinya (tidak kurang dan tidak lebih). Misalnya kebutuhan Vit C untuk pria umur 20 – 45 th BB : 62 Kg, TB : 165 cm yaitu 60 mg/hari, hal ini berarti apabila seseorang mengkonsumsi Vit C lebih dari 60 mg/hari maka sisanya akan larut dalam air dan terbuang lewat urine karena sifat Vit C larut dalam air. Dengan mengetahui kandungan gizi bahan pangan, maka penyusunan menu pun disesuaikan dengan kemampuan/daya beli masyarakat dan lebih mengutamakan potensi pangan lokal yang ada, karena sampai saat ini masih banyak orang yang beranggapan makanan yang bergizi itu mahal. Misalkan tidak ada beras bisa diganti dengan jagung karena kandungan karbohidrat jagung setara bahkan lebih tinggi dengan beras yaitu Jagung Kh :  79 % dan beras  77,6 – 78,9 %. Penyusunan menu dibuat untuk 1 minggu sehingga penyediakan makanannya lebih beragam, misalnya kebutuhan protein 55 gr dapat dipenuhi dengan makan ikan asin sebanyak 4 potong sedang sehingga lebih menghemat pengeluaran.
3.Selektif dalam berbelanja
Dalam berbelanja masyarakat akan lebih selektif terutama yang berkaitan dengan bahan pengawet, bahan pewarna makanan (terutama yang dilarang dan berbahaya), dan masa kadaluarsa makanan. Karena masih ada sebagian masyarakat yang tertipu dengan kenyalnya tahu, kenyalnya bakso, warna merah cerah dari kerupuk/es padahal bahan makanan tersebut menggunakan pengawet seperti borak, formalin dan pewarna sintetis untuk pakaian. Masa kadaluarsa juga kurang diperhatikan, terlebih ketika hari raya idul fitri atau natal datang, setelah makanan kadaluarsa akan terjadi perubahan-perubahan sifat pada makanan yang sangat berbahaya (karsogenik) bagi kesehatan tubuh. Efeknya bisa langsung diketahui seperti muntah-muntah dan tidak langsung diketahui (akan terakumulaasi dalam tubuh manusia) dan pada suatu waktu baru akan diketahui. Terlebih berbenja untuk keperluan Balita harus diperhatikan dari segi gizi dan harus bebas dari bahan pengawet, pewarna yang membahayakan karena akan mengganggu pertumbuhan otak dan tubuhnya. Balita hendaknya tidak dikasih makan mie instan dulu karena apabila dikasih maka Balita akan meminta terus karena lidah balita sedang mengenal rasa, sedangkan rasa bumbu dari mie instan sangat gurih sehingga apabila Balita dikasih makanan lain akan menolak dan akan meminta mie terus dan kurang baik bagi kesehatan dan pertumbuhan Balita karena kandungan mie instan hanya didominasi oleh karbohidrat, sedangkan zat-zat gizi lain seperti protein, lemak, vitamin, mineral sangat sedikit bahkan tidak ada.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka ilmu pangan penting untuk disampaikan kepada masyarakat luas sehingga akan tercipta Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangan. Hal tersebut merupakan tanggung jawab kita bersama terutama Dinas Kesehatan Kabupaten, Kecamatan, Bidan Desa, Tim Pangan Desa, Kader Pangan Desa, Mahasiswa jurusan pangan dan gizi, dan pelaku-pelaku di bidang pangan yang lain.
 

Comments